Tutup Iklan Kunjungi!

Waktu dan Tata Cara Shalat Gerhana Menurut Muhammadiyah

Cara Salat Gerhana Menurut Muhammadiyah

Gerhana matahari dan bulan merupakan fenomena alam yang mendapatkan perhatian khusus dalam ajaran Islam. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah mengimbau umat islam umum dan khususnya warga Muhammadiyah untuk melaksanakan shalat gerhana, baik itu gerhana bulan (shalat khusuf) maupun gerhana matahari (shalat kusuf), sebagai respons atas kejadian alam ini. Shalat gerhana merupakan ibadah sunnah yang dilaksanakan secara khusus dan memiliki tata cara yang berbeda dari shalat biasa.

Pengertian Apa Itu Gerhana Bulan dan Gerhana Matahari

Gerhana bulan dan gerhana matahari adalah dua fenomena alam yang terjadi akibat posisi Matahari, Bumi, dan Bulan.

  1. Gerhana Bulan:

    Gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi jatuh ke Bulan. Ini hanya bisa terjadi pada fase bulan purnama. Ada beberapa jenis gerhana bulan:

    • Gerhana Bulan Total: Terjadi ketika seluruh Bulan masuk ke dalam umbra (bagian gelap) bayangan Bumi.
    • Gerhana Bulan Sebagian: Terjadi ketika hanya sebagian Bulan yang masuk ke dalam umbra.
    • Gerhana Bulan Penumbra: Terjadi ketika Bulan hanya masuk ke dalam penumbra (bagian bayangan Bumi yang kurang gelap) dan tidak menyentuh umbra.
  2. Gerhana Matahari

    Gerhana matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Matahari dan Bumi, sehingga bayangan Bulan jatuh ke Bumi. Ini hanya bisa terjadi pada fase bulan baru. Ada beberapa jenis gerhana matahari:

    • Gerhana Matahari Total: Terjadi ketika bayangan inti (umbra) Bulan sepenuhnya menutupi Matahari, dilihat dari suatu lokasi di Bumi.
    • Gerhana Matahari Sebagian: Terjadi ketika hanya sebagian Matahari yang tertutup bayangan Bulan.
    • Gerhana Matahari Cincin: Terjadi ketika ukuran Bulan lebih kecil dari Matahari, sehingga saat Bulan menutupi Matahari, terbentuk cincin cahaya di sekelilingnya.

Kedua jenis gerhana ini merupakan peristiwa menakjubkan dalam astronomi dan memiliki keindahan tersendiri ketika diamati.

Dalam Islam kita disyariatkan untuk mendirikan sholat sunnah gerhana, tujuan dari sholat gerhana adalah untuk mengingatkan manusia tentang kekuasaan Allah, dan merupakan saat untuk berdoa, bertaubat, dan memohon ampunan. Gerhana dianggap sebagai tanda dari kekuasaan Allah dan sebagai peringatan bagi manusia untuk selalu ingat pada-Nya.

Baca Juga: Jadwal Potensi Gerhana Matahari dan Bulan di Tahun 2024

Dalil Syariat Shalat Gerhana

Dasar pelaksanaan shalat gerhana dalam Islam bersumber dari Hadis dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, seperti yang dijelaskan dalam hadis.

Hadist Shalat Gerhana

Hadis dari Aisyah menyebutkan bahwa pada suatu waktu, ketika terjadi gerhana matahari, Rasulullah SAW memerintahkan untuk melaksanakan shalat gerhana dengan empat rukuk dalam dua rakaat dan empat sujud.

Hadist Sunnah Ketika Ada Gerhana

Hadis lain dari Abu Mas’ud menjelaskan bahwa gerhana matahari dan bulan adalah tanda-tanda kebesaran Allah Ta’ala, dan umat Islam disunnahkan untuk melaksanakan shalat ketika menyaksikan kedua fenomena tersebut.

Dalam hadis-hadis tersebut, istilah yang digunakan untuk gerhana adalah kusuf atau khusuf. Dalam literatur fikih, kusuf biasanya digunakan untuk gerhana matahari, sedangkan khusuf untuk gerhana bulan. Namun, dalam praktiknya, keduanya sering digunakan secara bergantian.

Baca Juga: Apa Saja Amalan Sunnah Saat Terjadi Gerhana?

Waktu Shalat Gerhana

Waktu pelaksanaan shalat gerhana adalah selama fenomena gerhana berlangsung, baik itu gerhana matahari maupun bulan, dan tidak terbatas pada gerhana total saja tapi juga pada gerhana sebagian. Jika gerhana berakhir sementara shalat masih berlangsung, maka shalat tetap dilanjutkan dengan memperpendek bacaan. Hal ini menegaskan pentingnya menyesuaikan pelaksanaan shalat dengan kondisi alamiah gerhana.

Niat Sholat Gerhana Matahari dan Sholat Gerhana Bulan

Niat untuk melaksanakan Sholat Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan dianjurkan dilakukan dalam hati, tanpa diucapkan menurut tarjih Muhammadiyah. Hal ini didasarkan pada ketiadaan contoh atau tuntunan dari Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam mengenai pengucapan niat secara lisan. Beliau tidak pernah mengajarkan lafadz niat khusus untuk shalat tertentu, termasuk shalat gerhana, kepada para sahabatnya.

Tata Cara Shalat Gerhana

Tata Cara Sholat Gerhana Muhammadiyah

Shalat gerhana dilaksanakan dengan dua rakaat dan di setiap rakaat terdapat dua kali rukuk, qiyam, dan sujud. Shalat ini dapat dilakukan baik di masjid maupun di lapangan terbuka. Setelah Imam menyerukan “aṣ-ṣalātu jāmi‘ah” atau mari kita mendirikan sholat berjamaah. Berikut ini adalah urutan tata cara shalat gerhana:

  1. Takbiratulihram.
  2. Membaca doa iftitah.
  3. Membaca taawuz, basmalah, surah al-Fatihah, dan surah panjang dengan jahar.
  4. Rukuk dengan tasbih yang lama.
  5. Mengangkat kepala dari rukuk.
  6. Berdiri tegak dan membaca al-Fatihah serta surah yang lebih pendek dari rakaat pertama.
  7. Rukuk kedua dengan tasbih yang lebih singkat.
  8. Bangkit dari rukuk.
  9. Sujud.
  10. Duduk antara dua sujud.
  11. Sujud kedua.
  12. Bangkit dan berdiri untuk rakaat kedua, dilaksanakan seperti rakaat pertama.
  13. Salam.
  14. Imam menyampaikan khutbah yang berisi nasihat dan peringatan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah.

Orang Yang Melakukan Shalat Gerhana

Shalat gerhana dilakukan oleh orang yang berada di kawasan yang mengalami gerhana. Mereka yang berada di lokasi yang tidak terkena gerhana tidak diwajibkan untuk melaksanakan shalat ini. Ini didasarkan pada hadis yang menyebutkan bahwa shalat gerhana hanya dilaksanakan ketika fenomena gerhana disaksikan langsung. Selain itu, perempuan juga dianjurkan untuk melaksanakan shalat gerhana, mengingat keumuman perintah dalam hadis-hadis terkait.

Partisipasi Perempuan dalam Shalat Gerhana

Perempuan diperbolehkan untuk mengikuti Shalat gerhana, sebagaimana dicontohkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Asma saat bertanya pada Aisyiah yang turut serta dalam Shalat gerhana yang diselenggarakan oleh Rasulullah SAW. Terdapat sebuah riwayat dari Asma, dimana ia berkisah, Saat aku mengunjungi Aisyah, aku mendapatinya sedang melaksanakan Shalat dalam posisi berdiri, bersama dengan orang-orang lainnya yang juga berdiri.

Aku bertanya kepada mereka, ‘Mengapa semua orang berdiri seperti ini?’ Aisyah kemudian memberi isyarat dengan kepala ke arah langit, menandakan adanya gerhana matahari. Saat aku bertanya apakah ini merupakan suatu ayat (tanda), Aisyah mengangguk, menunjukkan jawaban ‘ya'” (H.R. Bukhari).

Dengan memahami waktu dan tata cara shalat gerhana menurut panduan Muhammadiyah, umat Islam dapat melaksanakan ibadah ini dengan baik dan benar, sebagai bentuk pengakuan dan penghormatan terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah Ta’ala yang termanifestasi dalam fenomena alam. Ini juga merupakan kesempatan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan, sekaligus mengambil pelajaran dari kejadian alam yang tidak biasa ini.

Share:
Cropped Cropped Masjidmuhammadiyah.com .jpg

Redaksimu

Portal Media Masjid Muhammadiyah Berkemajuan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *