Bulan Ramadan adalah momentum istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Selain puasa, ibadah khas lainnya adalah shalat tarawih, salah satu amalan sunnah malam hari yang dijalankan untuk memperoleh pahala dan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam Muhammadiyah, pelaksanaan shalat tarawih memiliki tiga formasi yang didasarkan pada tuntunan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dijelaskan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) dan buku Tuntunan Ibadah Pada Bulan Ramadhan.
Pengertian dan Waktu Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah ibadah sunnah malam pada bulan Ramadan yang disebut juga Qiyamu Ramadan. Waktunya dimulai setelah shalat Isya hingga sebelum waktu fajar. Sebagaimana Hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Muhammadiyah berpegang pada tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berdasarkan hadits yang berkaitan melaksanakan shalat tarawih 11 rakaat. Dasar utamanya adalah hadits: “Nabi tidak pernah melakukan shalat malam di bulan Ramadhan atau bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, jangan engkau tanya tentang keindahan dan panjangnya, kemudian beliau shalat empat rakaat lagi, jangan engkau tanya tentang keindahan dan panjangnya, lalu beliau shalat tiga rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, mengapa sering ada perbedaan formasi shalat tarawih dibeberapa Masjid Muhammadiyah? Perbedaan ini muncul karena adanya pengembangan dan perluasan kajian dalam memahami hadits-hadits Nabi oleh Majelis Tarjih, termasuk jumlah rakaat dan tata cara pelaksanaannya dalam rangkaian sholat tarawih.
Baca Juga: Tuntunan Shalat Tarawih Muhammadiyah
Formasi Shalat Tarawih Muhammadiyah
Muhammadiyah mengadopsi pelaksanaan shalat tarawih berdasarkan dalil-dalil sahih yang menunjukkan fleksibilitas dalam tata cara pelaksanaannya. Berikut tiga formasi shalat tarawih yang dapat dipilih:
1. Formasi 4-4-3
Formasi ini didasarkan pada hadis dari Aisyah radliallahu ‘anha yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:
كيف كانت صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم في رمضان؟ قالت: ما كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يزيد في رمضان ولا في غيره على إحدى عشرة ركعة. يصلي أربع ركعات فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي أربعاً فلا تسأل عن حسنهن وطولهن، ثم يصلي ثلاثاً. رواه البخاري
Artinya: “Bagaimana shalatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan Ramadan? Aisyah menjawab: Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menambah baik di bulan Ramadan atau di luar bulan Ramadan lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat rakaat, maka janganlah kamu tanyakan bagus dan lamanya, kemudian beliau shalat empat rakaat lagi, lalu beliau shalat tiga rakaat (witir).” (Hadis Riwayat al-Bukhari)
2. Formasi 2-2-2-2-2-1
Formasi ini berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas radliallahu ‘anhu yang diriwayatkan oleh Muslim:
عن ابن عباس قال: كنت أصلي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فيجعل يده اليمنى على رأسي، ثم يصلي ركعتين، ثم يصلي ركعتين، ثم يصلي ركعتين، ثم يصلي ركعتين، ثم يصلي ركعة. رواه مسلم
Artinya: “Ibnu Abbas berkata: Aku berdiri di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan memegang telingaku, lalu beliau shalat dua rakaat, kemudian dua rakaat lagi, lalu dua rakaat lagi, kemudian dua rakaat lagi, lalu satu rakaat (witir).” (Hadis Riwayat Muslim)
3. Formasi 2-2-2-2-3
Formasi ini menggabungkan dua metode di atas, ditutup dengan tiga rakaat witir. Formasi ini menjadi salah satu pilihan populer di kalangan warga Muhammadiyah.
Berdasarkan putusan Muktamar Tarjih di Wiradesa pada tahun 1392 H/1972 M, bahwa shalat Lail dapat dilakukan dengan beberapa variasi. Salah satunya adalah dengan melaksanakan shalat empat raka’at dua kali, dilanjutkan dengan tiga raka’at. Alternatif lainnya adalah dengan dua raka’at empat kali, kemudian diakhiri dengan tiga raka’at, sehingga seluruhnya berjumlah 11 raka’at, setelah sebelumnya dilakukan shalat Iftitah dua raka’at.
Kesimpulan
Shalat tarawih adalah ibadah sunnah yang fleksibel dalam pelaksanaannya. Muhammadiyah melalui berbagai kajian dan panduannya menawarkan tiga formasi yang semuanya berjumlah tidak lebih dari sebelas rakaat, yaitu 4-4-3, 2-2-2-2-2-1, dan 2-2-2-2-3. Kesemuanya merujuk pada hadis Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan panduan Tarjih Muhammadiyah. Dengan melaksanakan shalat tarawih sesuai sunnah, umat Islam dapat meningkatkan kedekatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mendapatkan keberkahan melimpah di bulan Ramadan.