Klik Gambar 👆🏻 Selengkapnya

Mengapa Masjid Muhammadiyah Diambil Alih Orang Lain?

Muhammadiyah telah lama menjadi motor penggerak dakwah Islam di Indonesia. Dengan jaringan cabang dan ranting yang tersebar hingga pelosok negeri, organisasi ini membuktikan bahwa kekuatan umat terletak pada akar rumputnya. Cabang dan ranting adalah ujung tombak dakwah Muhammadiyah, yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat. Namun, mengapa belakangan ini muncul fenomena masjid Muhammadiyah dikelola oleh kelompok lain?

Masjid adalah pusat kehidupan Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Selain sebagai tempat ibadah, masjid juga menjadi basis aktivitas sosial, pendidikan, dan pemberdayaan ekonomi jamaah. Idealnya, masjid Muhammadiyah dirancang untuk mendukung misi dakwah dan pemberdayaan umat. Namun, idealisme ini seringkali menghadapi tantangan besar, termasuk ancaman “hilangnya” masjid dari pengelolaan Muhammadiyah.

Fgd Lpcrpm Muhammadiyah

Dalam Forum Group Discussion (FGD) Rakerpim LPCRPM 2025 yang diadakan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto, pada Sabtu, 4 Januari 2025, Prof. Dr. H. Irwan Akib dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan refleksi penting. “Faktanya, memang kita sendiri, orang Muhammadiyah, yang tidak proaktif menghidupkan masjid,” tegas Irwan. Ia mengkritisi sikap sebagian anggota Muhammadiyah yang kurang peduli terhadap masjid-masjid mereka sendiri, sehingga membuka peluang bagi kelompok lain untuk masuk.

Irwan juga menyoroti fenomena anak muda Muhammadiyah yang lebih nyaman di kafe daripada di masjid. “Mengapa mereka lebih nyaman di kafe sementara merasa kurang nyaman di masjid?” tanyanya. Menurutnya, masjid Muhammadiyah harus berubah menjadi tempat yang inklusif dan ramah bagi semua kalangan, termasuk anak muda. Hal ini penting agar mereka merasa memiliki masjid dan tergerak untuk memakmurkannya.

Baca Juga: Angkatan Muda Muhammadiyah Didorong Terlibat Aktif Mengelola Masjid

Untuk menjawab tantangan ini, masjid Muhammadiyah perlu mengadopsi konsep yang lebih fleksibel, seperti menghadirkan ruang kreatif dan fasilitas penunjang yang modern. Konsep kafe, ruang diskusi, hingga fasilitas day care, bisa menjadi solusi untuk menarik jamaah dari berbagai usia dan latar belakang. “Ini adalah tugas kita bersama, dan semoga LPCRPM dan AMM dapat bersinergi dengan baik untuk memakmurkan masjid Muhammadiyah,” ujar Irwan.

Revitalisasi fungsi masjid Muhammadiyah harus segera diwujudkan. Selain menjadi pusat ibadah, masjid harus dapat memberdayakan jamaahnya melalui kegiatan sosial dan ekonomi. Dengan memanfaatkan sumber daya masjid secara maksimal, Muhammadiyah dapat menciptakan pusat kegiatan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Kisah “hilangnya” masjid Muhammadiyah adalah peringatan serius bagi kita semua. Jika tidak ingin sejarah serupa terulang, Muhammadiyah harus bergerak cepat dan terencana untuk menjaga dan memakmurkan masjid-masjidnya. Sinergi antara Angkatan Muda Muhammadiyah, LPCRPM, dan seluruh elemen organisasi menjadi kunci untuk memastikan masjid tetap menjadi pusat dakwah yang kuat, dinamis, dan inklusif.

Share:
Cropped Cropped Masjidmuhammadiyah.com .jpg

Redaksimu

Portal Media Masjid Muhammadiyah Berkemajuan