Malam pergantian tahun sering kali menjadi momen yang diisi dengan berbagai kegiatan. Sebagian besar masyarakat merayakannya dengan sukacita, sementara sebagian lainnya memilih untuk mengabaikannya. Dalam menghadapi perbedaan pandangan ini, Ustadz Adi Hidayat (UAH), Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, menyampaikan pesan bijak bagi umat Islam tentang cara menyikapi tahun baru Masehi dengan tetap memegang prinsip dan nilai-nilai islam.
Koreksi Diri di Setiap Pergantian Waktu
Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa setiap pergantian waktu, termasuk tahun baru, adalah momen penting untuk introspeksi diri. Dalam sebuah ceramahnya, beliau menyampaikan, “Setiap datang tahun yang baru, bulan yang baru, baik itu terkait persoalan kelahiran kita pribadi ataupun juga tahun berganti dalam kehidupan Masehikh ataupun Hijriahkah itu.”
Pesan ini menekankan bahwa umat Muslim perlu menjadikan waktu sebagai alat untuk memperbaiki diri. Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam memberikan teladan bagaimana menyikapi setiap detik yang berlalu. “Maka Nabi Shalallahu alaihi wassalam memberikan satu contoh yang kuat agar setiap datang waktu berganti, jangankan tahun, bahkan setiap detik, koreksi diri kita, untuk meningkatkan amal shaleh kita,” tambah UAH.
Memanfaatkan Waktu untuk Amal Kebaikan
Menurut UAH, pergantian tahun adalah kesempatan untuk mengevaluasi diri. Setiap detik yang Allah berikan adalah anugerah yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki diri dan meningkatkan amal kebaikan. “Koreksi diri itu penting agar apa yang telah kita lakukan dan apa yang akan datang menjadi sesuatu yang bermanfaat, baik di dunia maupun di akhirat,” jelas beliau.
Beliau juga mengingatkan bahwa ajal bisa datang kapan saja. Karena itu, setiap momen harus dimanfaatkan untuk berbuat baik, “Karena kita tidak tahu apakah masih ada kesempatan untuk berbuat amal kebaikan di tahun depan, maka manfaatkan setiap waktu yang diberikan.”
Menghindari Perbuatan yang Tidak Bermanfaat
Dalam menyikapi malam pergantian tahun, Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk menghindari kegiatan yang tidak berguna, seperti pesta pora atau hal-hal yang mengarah pada kemaksiatan. Sebaliknya, tahun baru sebaiknya diisi dengan introspeksi dan kembali kepada nilai-nilai kebaikan yang diajarkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
“Daripada lakukan hal-hal yang tidak berguna, pesta pora, apalagi yang mengarah pada kemaksiatan, alangkah baiknya jika tahun baru diisi dengan mengoreksi diri. Koreksi diri dari yang salah, tinggalkan segala yang Allah larang, dan kembali kepada jalan kebaikan yang ditunjukkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah-sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam,” tegasnya.
Hukum Merayakan Tahun Baru dalam Islam
Dalam Islam, tidak ada syariat yang mendukung perayaan tahun baru Masehi. Namun, menyikapi malam pergantian tahun dengan bijak adalah hal yang dianjurkan. Selama tidak melakukan hal-hal yang melanggar syariat, umat Islam dapat memanfaatkan momen ini untuk refleksi diri dan memperbaiki amal.
Sebagai penutup, Ustadz Adi Hidayat mengajak umat Islam untuk berdoa agar segala amal yang telah dilakukan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, serta diberikan petunjuk dan keberkahan untuk waktu yang akan datang. “Semoga Allah menerima apa yang kita kerjakan di masa lalu sampai detik ini, semoga membimbing apa yang akan kita lakukan ke depannya,” tutup beliau.
Pesan Ustadz Adi Hidayat mengingatkan umat Islam bahwa momen pergantian tahun tidak seharusnya diisi dengan kesenangan semu yang sia-sia. Sebaliknya, momen ini adalah peluang untuk introspeksi diri, meningkatkan amal kebaikan, dan lebih mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Waktu adalah amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan untuk keberkahan dunia serta akhirat.