Klik Gambar 👆🏻 Selengkapnya

Sejarah Muhammadiyah

Sejarah Muhammadiyah Bendera

Muhammadiyah adalah organisasi Islam modernis terbesar di Indonesia yang berdiri sejak awal abad ke-20. Berdiri pada tanggal 18 November 1912, Muhammadiyah memiliki peran strategis dalam mengubah wajah umat Islam Indonesia melalui pendidikan, filantropi, kesehatan, dan pemberdayaan sosial. Dalam perjalanan panjangnya, Muhammadiyah telah menjadi simbol gerakan Islam berkemajuan yang berpandangan moderat dan inklusif. Artikel ini akan mengupas tuntas sejarah berdirinya Muhammadiyah, ideologinya, serta kontribusi luar biasa yang telah diberikan kepada masyarakat.

Awal Berdirinya Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Kauman, Yogyakarta, sebagai respons terhadap tantangan umat Islam pada masa itu. Kondisi masyarakat Islam yang terjebak dalam kejumudan, minimnya akses pendidikan modern, dan lemahnya pemahaman agama mendorong KH. Ahmad Dahlan untuk menciptakan perubahan. Berawal dari sebuah madrasah kecil bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, organisasi ini lahir dengan semangat untuk memodernisasi pendidikan Islam di Indonesia.

Foto KH Ahmad Dahlan Bersama Muridnya tahun 2012

KH. Ahmad Dahlan berinisiatif mendirikan Muhammadiyah agar dakwah Islam dapat terus berkembang secara sistematis dan terorganisir. Nama Muhammadiyah dipilih sebagai bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan harapan agar umat Islam dapat meneladani kepribadian beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Teologi Al-Ma’un: Pondasi Dakwah Sosial Muhammadiyah

Salah satu ciri khas dari gerakan Muhammadiyah adalah konsep Teologi Al-Ma’un. KH. Ahmad Dahlan memperkenalkan pendekatan ini dengan mengajarkan pentingnya pengamalan surat Al-Ma’un dalam kehidupan sehari-hari. Surat ini mendorong umat Islam untuk peduli terhadap fakir miskin, yatim piatu, dan kaum lemah.

Teologi Al Ma’un Pondasi Dakwah Sosial Muhammadiyah

KH. Ahmad Dahlan sering mengajarkan surat Al-Ma’un kepada para santrinya hingga mereka benar-benar memahami dan mengamalkannya. Beliau mengajak mereka untuk terjun langsung membantu masyarakat miskin, memberikan bantuan makanan, dan mengentaskan mereka dari keterbelakangan. Dari sinilah lahir berbagai program sosial Muhammadiyah, seperti pendirian Panti Asuhan, Lembaga Kesejahteraan Sosial, dan Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO).

Muhammadiyah dan Reformasi Pendidikan Islam

Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor pendidikan Islam modern di Indonesia. KH. Ahmad Dahlan memulai gerakan ini dengan menggabungkan metode pendidikan tradisional pesantren dan pendidikan ala Barat.

Muhammadiyah Dan Reformasi Pendidikan Islam

Melalui sistem ini, Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah Islam yang mengajarkan ilmu agama dan pengetahuan umum secara seimbang. Hingga kini, Muhammadiyah telah mendirikan ribuan lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Pendidikan Muhammadiyah tidak hanya mengutamakan kecerdasan intelektual, tetapi juga membangun karakter religius dan sosial. Hal ini menjadi bukti nyata kontribusi Muhammadiyah dalam mencetak generasi Muslim yang berdaya saing global.

Peran Muhammadiyah dalam Bidang Kesehatan

Selain pendidikan, Muhammadiyah juga unggul dalam memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. Organisasi ini mendirikan rumah sakit, klinik, dan pusat kesehatan yang tersebar di seluruh Indonesia. Layanan kesehatan ini tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam, tetapi juga terbuka untuk semua kalangan tanpa memandang latar belakang agama atau etnis.

Peran Muhammadiyah Dalam Bidang Kesehatan

Salah satu kontribusi besar Muhammadiyah dalam bidang kesehatan adalah pendirian RS PKU Muhammadiyah yang pertama kali berdiri pada tahun 1923 di Yogyakarta. Rumah sakit ini berperan penting dalam memberikan pelayanan medis berbasis syariah yang tetap memperhatikan standar profesionalisme medis.

Kiprah Global Muhammadiyah

Seiring berkembangnya waktu, Muhammadiyah tidak hanya berkiprah di Indonesia tetapi juga menjangkau kancah internasional. Saat ini, Muhammadiyah memiliki 30 Cabang Istimewa di Luar Negeri, seperti di Amerika Serikat, Australia, Mesir, dan Jepang.

Melalui cabang-cabang ini, Muhammadiyah berkontribusi dalam menyebarkan Islam rahmatan lil ‘alamin dan membangun jejaring global untuk menciptakan perdamaian serta keadilan sosial. Muhammadiyah juga aktif dalam merespons isu-isu global seperti pengungsi, bencana alam, dan konflik kemanusiaan melalui program filantropinya.

Peran KH. Ahmad Dahlan sebagai Pendiri Muhammadiyah

KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh visioner yang telah mencurahkan seluruh hidupnya untuk dakwah Islam. Lahir dengan nama Muhammad Darwis pada tahun 1869, beliau tumbuh dalam keluarga ulama di Kauman, Yogyakarta.

Kh Ahmad Dalan Dan Anggota Awal Muhammadiyah 1918

Selain mendirikan Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan juga menciptakan berbagai inovasi dalam dakwah, seperti mendirikan gerakan kepanduan Hizbul Wathan dan organisasi perempuan modern ‘Aisyiyah. Kepemimpinan beliau di Muhammadiyah menjadi inspirasi bagi umat Islam untuk terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih baik.

Sejarah Awal Muhammadiyah dan Unsur Pembantu Pimpinan

Pada 17 Juni 1920, Muhammadiyah di bawah kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan membentuk empat unsur pembantu pimpinan Hoofdbestuur (HB), yaitu:

  1. Bagian Tabligh – Dipimpin oleh H. Fachrodin, fokus pada syiar dan penyebaran ajaran Islam.
  2. Bagian Pengajaran – Dipimpin oleh H. Hisyam, berperan dalam pendidikan dan pengajaran.
  3. Bagian Penolong Kesengsaraan Oemoem – Dipimpin oleh H. Syujak, berfokus pada bantuan sosial dan kesehatan.
  4. Bagian Taman Poestaka – Dipimpin oleh H. Mochtar, bertugas mengelola kepustakaan dan literasi.

Pada masa ini, Muhammadiyah belum memiliki Majelis Tarjih yang fokus pada fatwa keagamaan. Keberadaan unsur pembantu pimpinan yang lebih banyak mengarah pada aspek sosial menunjukkan bahwa Muhammadiyah lebih menitikberatkan pada pemberdayaan masyarakat dan pengembangan pendidikan.

Fikih Muhammadiyah Periode Awal

Pada periode awal, Muhammadiyah belum memiliki wadah khusus untuk paham keagamaan seperti Majelis Tarjih. Fikih yang dipraktikkan sebagian besar mengikuti mazhab mayoritas umat Islam, yaitu Mazhab Syafi’i. Hal ini tercermin dalam:

  • Kitab Fiqh Muhammadiyah (1926): Ditulis dalam bahasa Arab Pegon dan memuat pandangan fikih yang mirip dengan fikih tradisional.
  • Contoh praktik ibadah seperti:
    • Membaca sayyidina saat menyebut Nabi Muhammad SAW.
    • Bacaan niat shalat seperti “Ushalli fardla…”.
    • Shalat tarawih 20 rakaat dengan tiap 2 rakaat salam.

K.H. Ahmad Dahlan juga mempraktikkan ibadah yang umum dilakukan umat Islam pada masa itu, seperti membaca qunut dalam shalat Subuh. Namun, seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah mulai mengembangkan pendekatan fikih berbasis ijtihad yang lebih terstruktur melalui Majelis Tarjih.

Islam Berkemajuan: Ideologi Muhammadiyah

Sebagai organisasi modernis, Muhammadiyah mengusung ideologi Islam Berkemajuan. Konsep ini mencerminkan semangat Islam yang dinamis, adaptif, dan berorientasi pada masa depan. Islam Berkemajuan juga berpandangan wasathiyah atau moderat, yang menempatkan Islam sebagai agama yang menyeimbangkan nilai-nilai spiritual dan duniawi.

Islam Berkemajuan Ideologi Muhammadiyah

Muhammadiyah percaya bahwa Islam harus relevan dengan perkembangan zaman dan mampu memberikan solusi atas permasalahan sosial, politik, dan ekonomi umat manusia. Filosofi ini menjadi landasan gerakan Muhammadiyah untuk terus berinovasi dalam berbagai bidang kehidupan.

Risalah Islam Berkemajuan

Konsep Islam Berkemajuan menjadi karakter keislaman Muhammadiyah sejak Muktamar ke-46 tahun 2010 dan dirumuskan lebih sistematik dalam Muktamar ke-48 (2022). Islam Berkemajuan adalah pandangan keagamaan yang:

  • Mengintegrasikan nilai-nilai transendensi, liberasi, emansipasi, dan humanisasi.
  • Bertujuan membangun peradaban yang rahmatan lil-‘alamin.
  • Mengusung tajdid dalam bentuk purifikasi (pemurnian ajaran Islam) dan dinamisasi (pengembangan).

Muhammadiyah mempraktikkan Islam Berkemajuan melalui amal usaha dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial, yang mencerminkan ideologi modernisme Islam.

Relevansi Sejarah dan Pandangan Keislaman Muhammadiyah

Sejarah awal Muhammadiyah menunjukkan bahwa fokus utama organisasi ini adalah membangun masyarakat melalui pendidikan, pemberdayaan, dan sosial-kemasyarakatan. Pendekatan historis ini penting untuk memahami perjalanan Muhammadiyah dalam menyusun paham keislaman yang lebih progresif dan berbasis ijtihad.

Islam Berkemajuan merupakan kesinambungan dari gagasan pembaruan K.H. Ahmad Dahlan, yang terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman dan memajukan umat Islam secara global.


Berikut adalah FAQ (Frequently Asked Questions) yang lebih banyak dan lebih terperinci tentang Muhammadiyah:

1. Apa itu Muhammadiyah?

Muhammadiyah adalah organisasi Islam modernis yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta. Muhammadiyah bertujuan untuk memurnikan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah serta berfokus pada pemberdayaan umat melalui pendidikan, kesehatan, sosial, dan dakwah.

2. Apa tujuan utama Muhammadiyah?

Tujuan utama Muhammadiyah adalah terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, yang berdasarkan nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Muhammadiyah berupaya membawa umat Islam kepada kehidupan yang lebih maju, tercerahkan, dan berperadaban tinggi.

3. Apa saja bidang amal usaha Muhammadiyah?

Muhammadiyah memiliki berbagai amal usaha yang meliputi:

  1. Pendidikan: Sekolah, madrasah, hingga universitas.
  2. Kesehatan: Rumah sakit, klinik, dan puskesmas.
  3. Sosial: Panti asuhan, rumah singgah, dan penanganan bencana.
  4. Ekonomi: Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan koperasi.
  5. Dakwah: Pengajian, tabligh, dan kajian keagamaan.

4. Apa peran K.H. Ahmad Dahlan dalam Muhammadiyah?

K.H. Ahmad Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah dan pelopor pembaruan Islam di Indonesia. Beliau berupaya memadukan pemahaman Islam yang murni dengan modernisasi melalui pendidikan dan pelayanan sosial.

5. Bagaimana Muhammadiyah memandang Islam?

Muhammadiyah memandang Islam sebagai agama yang membawa kemajuan (Islam Berkemajuan). Islam tidak hanya menjadi ajaran ritual, tetapi juga menjadi pedoman untuk mewujudkan keadilan, kemakmuran, dan peradaban yang tercerahkan.

6. Apa itu Majelis Tarjih Muhammadiyah?

Majelis Tarjih adalah salah satu lembaga di Muhammadiyah yang bertugas memberikan panduan dalam persoalan hukum Islam. Majelis ini merumuskan fatwa, keputusan, dan pedoman keagamaan berdasarkan Al-Qur’an, Sunnah, serta manhaj istimbath (metodologi pengambilan hukum).

7. Apa yang dimaksud dengan “Islam Berkemajuan”?

Islam Berkemajuan adalah konsep pandangan Islam yang mengintegrasikan nilai-nilai keimanan, kemajuan ilmu pengetahuan, dan kemaslahatan umat manusia. Pandangan ini menjadi dasar gerakan Muhammadiyah dalam mewujudkan masyarakat yang maju dan berperadaban.

8. Apakah Muhammadiyah mengikuti salah satu mazhab tertentu?

Muhammadiyah tidak secara khusus terikat pada satu mazhab tertentu, tetapi mendasarkan pandangan hukumnya pada Al-Qur’an dan Sunnah dengan pendekatan ijtihad.

9. Apa saja karakteristik Muhammadiyah dalam dakwahnya?

  1. Berbasis pada Al-Qur’an dan Sunnah.
  2. Menerapkan prinsip purifikasi (pemurnian) dan tajdid (pembaruan).
  3. Menekankan pentingnya amal nyata untuk kemaslahatan umat.
  4. Bersifat moderat dan inklusif dalam berinteraksi dengan umat Islam dan non-Muslim.

10. Apa kontribusi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan?

Muhammadiyah mengelola ribuan sekolah, madrasah, dan perguruan tinggi di Indonesia. Institusi pendidikan Muhammadiyah mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kurikulum modern untuk membentuk generasi yang cerdas, berakhlak, dan berdaya saing.

11. Apa peran Aisyiyah dalam Muhammadiyah?

Aisyiyah adalah organisasi perempuan di Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1917. Aisyiyah berperan dalam pemberdayaan perempuan, pendidikan anak, kesehatan, dan penguatan keluarga berbasis nilai-nilai Islam.

12. Bagaimana Muhammadiyah menyikapi perbedaan pandangan keagamaan?

Muhammadiyah mengedepankan sikap toleransi, dialog, dan saling menghormati. Muhammadiyah berupaya untuk tidak terjebak dalam konflik, tetapi mencari solusi atas perbedaan dengan pendekatan yang ilmiah dan bijak.

13. Apa hubungan Muhammadiyah dengan pemerintah?

Muhammadiyah bersikap independen, tetapi tetap mendukung program-program pemerintah yang sejalan dengan misi dakwah dan kemaslahatan umat. Muhammadiyah juga memberikan kritik konstruktif jika ada kebijakan yang tidak sesuai dengan prinsip keadilan dan kemanusiaan.

14. Bagaimana Muhammadiyah menangani isu-isu sosial dan kemanusiaan?

Melalui Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LazisMu), Muhammadiyah aktif dalam program pemberdayaan ekonomi, bantuan kemanusiaan, dan penanganan bencana.

15. Apa pandangan Muhammadiyah tentang politik?

Muhammadiyah tidak berafiliasi dengan partai politik mana pun, tetapi mendukung prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan politik yang etis dan berorientasi pada kepentingan umat.

16. Apa itu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)?

AUM adalah lembaga-lembaga yang dikelola Muhammadiyah untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan, dan lembaga keuangan syariah.

17. Apa itu Gerakan Al-Ma’un?

Gerakan Al-Ma’un adalah salah satu pijakan gerakan Muhammadiyah yang terinspirasi dari Surat Al-Ma’un dalam Al-Qur’an. Gerakan ini menekankan pentingnya membantu kaum dhuafa, yatim piatu, dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Bagaimana Muhammadiyah merespons isu global?

Muhammadiyah aktif dalam forum-forum internasional untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam yang damai, toleran, dan berkemajuan. Muhammadiyah juga bekerja sama dengan lembaga-lembaga internasional untuk isu pendidikan, kemanusiaan, dan lingkungan.

19. Apa saja tema yang diangkat dalam Muktamar Muhammadiyah?

Tema Muktamar biasanya berpusat pada pembaruan, strategi dakwah, pengembangan amal usaha, dan isu-isu aktual yang relevan dengan tantangan umat dan bangsa.

20. Apa peran Muhammadiyah dalam menjaga keutuhan NKRI?

Muhammadiyah berkomitmen menjaga keutuhan NKRI dengan mengedepankan nilai-nilai keislaman yang moderat, toleran, dan inklusif. Muhammadiyah juga aktif mempromosikan wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila.

Share: