“Sejarah bukanlah seni untuk bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah, pelajaran, yang bisa kita tarik ke masa sekarang untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.” – Ahmad Fuadi.
Sebait lirik Mars Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) mengingatkan kita pada perjalanan panjang organisasi ini. Dinyanyikan dengan khidmat dalam setiap pembukaan acara formal IMM, lagu ini menjadi simbol penghormatan terhadap sejarah yang telah membentuk identitas IMM hingga saat ini. IMM, sebagai organisasi otonom di bawah naungan Muhammadiyah, memainkan peran penting dalam membina mahasiswa untuk menjadi akademisi Islam yang berakhlak mulia. Sebagai contoh, IMM telah menginisiasi berbagai program seperti pelatihan kepemimpinan mahasiswa, kegiatan pengabdian masyarakat di daerah terpencil, serta diskusi ilmiah lintas disiplin yang bertujuan memperkuat wawasan keagamaan dan intelektual kadernya.
Mari kita mengenal lebih dalam tentang IMM, mulai dari sejarah kelahirannya hingga kontribusinya di dunia mahasiswa dan masyarakat.
Sejarah Singkat IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) berdiri pada tanggal 14 Maret 1964 di Yogyakarta, tepatnya pada 29 Syawwal 1384 H. Pendirian IMM diinisiasi oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Djazman Al-Kindi, Soedibyo Markus, dan Rosyad Saleh, serta didukung oleh tokoh-tokoh lainnya seperti Amien Rais dan Abdul Hadi W. M. Keberadaan IMM lahir dari kebutuhan khusus untuk mewadahi mahasiswa Muhammadiyah yang membutuhkan ruang pengembangan spiritual, intelektual, dan sosial dalam satu organisasi otonom yang mandiri.
IMM resmi mendapatkan restu dari Ketua Umum PP Muhammadiyah saat itu, K.H. Ahmad Badawi. Pada 1-5 Mei 1965, digelar Musyawarah Nasional pertama di Surakarta yang menghasilkan Deklarasi Kota Barat (Dekobar), di mana Tri Kompetensi Dasar dan Trilogi IMM dirumuskan sebagai identitas gerakan organisasi ini. Bahkan, IMM mendapatkan legitimasi langsung dari Presiden Soekarno pada 16 Februari 1966.
Baca Juga: Sejarah Muhammadiyah
Tujuan dan Arah Gerak
Dalam AD/ART IMM, tujuan organisasi ini adalah mengusahakan terwujudnya akademisi Islam yang berakhlak mulia, sebagaimana yang tercantum pada Bab III Pasal 7, yang menyatakan bahwa “Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bertujuan membentuk mahasiswa Islam berilmu, beriman, dan berakhlak mulia untuk mewujudkan masyarakat utama yang diridai Allah.” IMM berfokus pada tiga bidang utama, yaitu:
- Keagamaan: Memperkuat pemahaman dan pengamalan ajaran Islam.
- Kemahasiswaan: Mengembangkan potensi akademik mahasiswa.
- Kemasyarakatan: Memberdayakan masyarakat melalui gerakan sosial.
Faktor Internal dan Eksternal Kelahiran IMM
Faktor Internal
Upaya mendirikan IMM sudah diwacanakan sejak tahun 1936 pada muktamar seperempat abad Muhammadiyah. Namun, baru pada 18 November 1955, berdiri perguruan tinggi Muhammadiyah pertama di Padang Panjang, yaitu Fakultas Falsafah dan Hukum (sekarang Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat).
Dalam Kongres Mahasiswa Muhammadiyah tahun 1962, muncul kembali desakan untuk mendirikan organisasi otonom mahasiswa Muhammadiyah. Akhirnya, IMM lahir sebagai organisasi yang mandiri, terpisah dari Pemuda Muhammadiyah.
Faktor Eksternal
Pada periode 1950-1965, pergolakan organisasi mahasiswa di Indonesia cukup tajam. IMM lahir di tengah situasi politik yang kompleks pada masa itu. Salah satu tantangan yang muncul adalah ancaman pembubaran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) oleh Consentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia (CGMI), organisasi yang berafiliasi dengan PKI.
IMM bukan didirikan sebagai pelarian dari HMI, melainkan untuk memperkuat dakwah Muhammadiyah di kalangan mahasiswa. Kelahirannya menjadi respons atas kebutuhan internal Muhammadiyah dan situasi eksternal yang menuntut adanya organisasi mahasiswa Islam yang independen.
Identitas Gerakan IMM
Dekobar menghasilkan enam penegasan IMM yang menjadi pedoman utama, yaitu:
- IMM adalah gerakan mahasiswa Islam.
- Kepribadian Muhammadiyah menjadi landasan perjuangan IMM.
- IMM berfungsi sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah.
- IMM menghormati hukum, undang-undang, dan falsafah negara.
- Ilmu adalah amaliah, dan amal adalah ilmiah.
- Amal IMM adalah lillahi ta’ala dan untuk kepentingan rakyat.
Dari keenam penegasan ini, IMM merumuskan Tri Kompetensi Dasar (Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas), yang menjadi identitas kader IMM hingga kini. Misalnya, religiusitas diimplementasikan melalui kajian Islam dan pembinaan rohani; intelektualitas diwujudkan dalam diskusi ilmiah, seminar, dan pelatihan; sedangkan humanitas tercermin dalam kegiatan pengabdian masyarakat seperti pemberdayaan di daerah terpencil.
Peran IMM dalam Pengembangan Mahasiswa
Sebagai ortom Muhammadiyah, IMM memiliki kontribusi yang signifikan dalam mencetak kader-kader unggul. IMM aktif dalam berbagai kegiatan akademik, sosial, dan keagamaan, seperti:
- Kajian Islam: Memperkuat nilai keislaman dalam kehidupan kampus.
- Pengabdian Masyarakat: Membantu pemberdayaan masyarakat melalui aksi sosial.
- Peningkatan Kapasitas Mahasiswa: Melalui pelatihan kepemimpinan, seminar, dan diskusi intelektual.
Kesimpulan
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah bagian penting dari perjalanan dakwah Muhammadiyah. Dengan sejarah panjang yang penuh tantangan, IMM terus menjaga nilai-nilai keorganisasiannya di tengah perubahan zaman. Sebagai wadah bagi mahasiswa Islam, IMM tidak hanya bergerak di bidang keagamaan, tetapi juga dalam meningkatkan kapasitas intelektual dan kepedulian sosial kadernya.
Sebagai generasi penerus, penting bagi kita untuk memahami sejarah IMM agar dapat melanjutkan estafet perjuangan ini dengan lebih baik.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Kapan IMM didirikan? IMM didirikan pada 14 Maret 1964 di Yogyakarta.
2. Apa tujuan utama IMM? Tujuan IMM adalah mengusahakan terwujudnya akademisi Islam yang berakhlak mulia sesuai dengan tujuan Muhammadiyah.
3. Apa itu Tri Kompetensi Dasar IMM? Tri Kompetensi Dasar IMM meliputi Religiusitas, Intelektualitas, dan Humanitas.
4. Apa yang membedakan IMM dengan organisasi mahasiswa lainnya? IMM memiliki landasan ideologis Kepribadian Muhammadiyah dan fokus pada pengembangan mahasiswa dalam tiga bidang utama: keagamaan, kemahasiswaan, dan kemasyarakatan.
5. Siapa tokoh pendiri IMM? Tokoh pendiri IMM antara lain Djazman Al-Kindi, Soedibyo Markus, Rosyad Saleh, dan beberapa tokoh Muhammadiyah lainnya.