Dalam upaya memberikan panduan yang jelas dan menghindari kebingungan dalam memilih pemimpin, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Agung Danarto, pada Pengajian Umum PP Jumat malam (26/1), menekankan pentingnya mengikuti tujuh kriteria pemimpin yang telah ditetapkan oleh Munas Tarjih 2023.
Kriteria ini dirancang untuk membantu warga Persyarikatan Muhammadiyah dalam membuat keputusan yang tepat dan berdasar ketika memilih pemimpin, sehingga dapat menghindari simpang siur dan meningkatkan kualitas kepemimpinan dalam masyarakat.
1. Integritas (Sidiq)
Integritas adalah fondasi utama dalam kepemimpinan. Menurut Muhammadiyah, pemimpin harus memiliki kesesuaian antara ucapan dan tindakan, sebuah karakter yang dalam bahasa agama disebut dengan ‘sidiq’. Ini berarti, pemimpin harus jujur, bertanggung jawab, dan dapat dipercaya. Integritas bukan hanya sekadar atribut, melainkan praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kapabilitas (Amanah)
Seorang pemimpin tidak hanya harus memiliki niat yang baik, tetapi juga kemampuan yang memadai untuk memimpin. Dalam konteks ini, kapabilitas mencakup pemahaman yang mendalam tentang pemerintahan, politik, dan masyarakat, serta kemampuan untuk mengimplementasikan visi dan misi dengan efektif. Pemimpin harus mampu mengemban amanah dengan penuh tanggung jawab.
3. Populis (Tablig)
Muhammadiyah menekankan pentingnya pemimpin yang berjiwa rakyat. Seorang pemimpin yang populis tidak hanya berfokus pada kebijakan, tetapi juga pada kesejahteraan, kemakmuran, dan kemajuan rakyat. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik dengan semua lapisan masyarakat, mengedepankan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.
4. Visioner (Fatanah)
Kriteria keempat adalah kemampuan untuk melihat masa depan dengan jelas dan mengarahkan negara menuju kemajuan. Seorang pemimpin yang visioner memiliki visi yang strategis dan inovatif, serta kecerdasan dalam mengantisipasi tantangan dan memanfaatkan peluang. Mereka juga harus mampu menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
5. Berjiwa Negarawan
Seorang pemimpin harus menempatkan kepentingan negara di atas segalanya. Ini berarti bahwa keputusan dan tindakan yang diambil harus mengutamakan kesejahteraan dan keamanan bangsa, bukan kepentingan pribadi, golongan, suku, atau agama. Berjiwa negarawan juga berarti memiliki pandangan yang luas dan inklusif terhadap keberagaman dalam masyarakat.
6. Kemampuan Hubungan Internasional
Dalam era globalisasi, penting bagi pemimpin untuk memiliki kemampuan menjalin hubungan internasional yang baik. Pemimpin harus mampu memposisikan Indonesia dalam konteks global, membangun kerjasama, dan menjaga reputasi bangsa di mata dunia. Pemimpin harus mengerti dinamika internasional dan mampu berdiplomasi untuk kepentingan nasional.
7. Berjiwa Reformis
Akhirnya, Muhammadiyah menekankan pentingnya jiwa reformis dalam kepemimpinan. Pemimpin harus berorientasi pada inovasi dan pembaruan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini mencakup kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengatasi kelemahan, mendorong perubahan positif, dan memastikan bahwa negara terus bergerak maju.
Kriteria-kriteria ini tidak hanya menjadi panduan bagi warga Muhammadiyah dalam memilih pemimpin, tetapi juga sebagai standar kepemimpinan yang ideal bagi siapa saja yang berkeinginan untuk memajukan Indonesia. Dalam pemilihan umum yang semakin mendekat, kita semua diingatkan akan pentingnya kepemimpinan yang berintegritas, kapabel, populis, visioner, berjiwa negarawan, mampu dalam diplomasi internasional, dan berjiwa reformis. Ini adalah dasar yang kuat untuk membangun Indonesia yang lebih baik dan lebih adil bagi semua.