Tutup Iklan Kunjungi!

Mengenal Apa Itu Masjid Muhammadiyah

Masjid Muhammadiyah

Barangkali, sebagian pembaca artikel MasjidMu ketika melihat judul artikel ini, tentunya bertanya-tanya, “Apakah yang dimaksud dengan masjid Muhammadiyah?”

Masjid sejatinya adalah pusat peradaban Islam dan tempat ibadah umat Muslim, telah melalui berbagai evolusi dalam sejarahnya. Keberadaannya tidak hanya menjadi tempat berkumpul dan beribadah, tetapi juga sebagai pusat ilmu pengetahuan dan pengembangan jamaah.

Lalu, apa yang membedakannya dengan masjid-masjid lain? Berdasarkan pengalaman dan observasi yang kemudian bisa kita jabarkan dua definisi tentang “Masjid Muhammadiyah”.

Apa Itu Masjid Muhammadiyah?

Pertama, suatu masjid yang ditinjau secara tampilan fisik dan aktivitas ibadah menerapkan amaliah Persyarikatan Muhammadiyah.

Kedua, suatu masjid yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Amal Usaha Muhammadiyah. Tampilan fisik masjid Muhammadiyah bisa diketahui lewat penyematan nama masjid.

Ciri-Ciri Masjid Muhammadiyah

  1. Penamaan yang mengadung Kemiripan.  Jika mendengar “At-Taqwa”, seperti itulah kebanyakan nama-nama masjid Muhammadiyah. Nama lain seperti Masjid At-Tajdid di area Ponpes At-Tajdid-Tasikmalaya dan Masjid At-Tanwir yang baru-baru ini diresmikan PP Muhammadiyah. Di sejumlah Amal Usaha Muhammadiyah, penyematan nama masjid diambil dari nama tokoh Muhammadiyah. Tentunya bukan tokoh sembarangan. Misalnya Masjid Kyai Muhammad Bedjo Dermoleksono di area RS Universitas Muhammadiyah Kota Malang dan Masjid A.R Fachruddin di Unmuh Malang.
  2. Warna Cat yang dominan Biru. Masjid Muhammadiyah kalau diamati baik-baik, bertabur cat warna biru. Jarang sekali dijumpai cat masjid Muhammadiyah berwarna hijau. Warna cat yang saya sebut barusan menjadi ciri khas masjid organisasi lain. Interior masjid Muhammadiyah pastinya simpel dan bernuansa modern, mencerminkan simpelnya amaliah ibadah warga Muhammadiyah. Simpelnya ini dibuktikan dengan tak ada ritual tambahan yang dikenal dengan sebutan “bid’ah”.Pada masa kini, ciri khas Masjid Muhammadiyah jangan berhenti seperti yang saya sebut. Masjid Muhammadiyah interiornya harus bersih, transparan laporan keuangannya dan militan kepengurusan takmirnya. Kebersihan yang utama harus tercermin di kamar mandi dan perlengkapan sholat. Sungguh memalukan jika kamar mandinya kotor ditambah lagi sarung dan mukena berbau tak sedap.

Masjid Muhammadiyah adalah Masjid Berkemajuan

Pengembangan konsep masjid berkemajuan di Masjid Muhammadiyah melibatkan strategi dan pendekatan-pendekatan modern dalam manajemen dan operasionalnya. Berikut beberapa ide agar masj

  1. Militansi dan Pemimpinan Takmir. Militansi takmir Muhammadiyah tidak hanya sebatas kata, melainkan harus tercermin dalam aksi dan kebijakan. Ketua takmir, sebagai figur yang diharapkan memberikan keteladanan, dituntut untuk selalu memberikan uswah yang positif kepada jamaahnya. Hal ini mencakup rajin sholat berjamaah di masjid, menjaga interaksi yang baik dengan jamaah, dan menunjukkan integritas yang tinggi dalam pengelolaan masjid.
    Insiden seperti penyerobotan Masjid As-Salaam di Jakarta Barat harus menjadi pembelajaran bagi kita semua bahwa militansi dan pengawasan yang baik terhadap pengelolaan masjid adalah hal yang krusial.
    Ketua takmir juga seharusnya memiliki kapabilitas menjadi imam sholat dan khatib Jumat, yang mencerminkan kemampuan keilmuan keislamannya. Interaksi sosial yang positif dengan jamaah, serta sikap yang rendah hati dan jauh dari kesan feodal, juga sejatinya menjadi ciri dari seorang ketua takmir.
  2. Transparansi Keuangan Masjid. Transparansi merupakan kunci dalam pengelolaan dana dan keuangan masjid. Semua jamaah berhak mengetahui kemana dan untuk apa saja uang yang telah mereka sumbangkan dipakai. Ketakmiran masjid, yang menjadi tulang punggung pengelolaan, memiliki tanggung jawab untuk mengelola dana tersebut dengan sebaik-baiknya. Mereka harus memastikan bahwa tidak ada ruang bagi perbuatan korupsi dan pengelolaan dana harus sesuai dengan prinsip-prinsip keislaman dan regulasi organisasi.
    Sebagai contoh, dalam proses renovasi masjid, tindakan menyalahgunakan dana atau bahan bangunan untuk kepentingan pribadi bukan hanya melanggar norma hukum, tapi juga nilai-nilai moral dan agama. Oleh karena itu, menjaga integritas dan kredibilitas takmir dalam pengelolaan keuangan menjadi sangat fundamental.
  3. Solusi Kesejaterahan Jamaah. Dalam situasi ekonomi yang kurang menggembirakan, takmir masjid Muhammadiyah dituntut untuk mampu mengambil gerak langkah yang konstruktif dan nyata. Langkah ini dapat berupa melakukan assessment terhadap jamaah untuk memahami kebutuhan-kebutuhan mereka dan bagaimana masjid dapat hadir untuk membantu memenuhi kebutuhan tersebut. Masjid harus bisa menjadi entitas yang memberikan manfaat dan solusi bagi jamaahnya, bukan sekedar tempat beribadah semata.
  4. Pengurus yang menjadi Telada. Sebagai pengelola masjid Muhammadiyah, takmir diharapkan patuh dan konsisten terhadap ketentuan dan keputusan yang telah dibuat oleh Majlis Tarjih Muhammadiyah, termasuk mengenai hukum merokok. Kepatuhan ini mencerminkan militansi takmir dan komitmen mereka terhadap nilai-nilai dan prinsip organisasi.
    Peningkatan kualitas militansi di kalangan warga Muhammadiyah menjadi penting, terutama jika kita melihat dan membandingkannya dengan militansi organisasi-organisasi lain yang ada di Indonesia. Dengan menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan dan militansi yang benar, masjid dapat bertransformasi menjadi entitas yang tidak hanya berkembang secara fisik, tetapi juga memberikan dampak positif yang luas bagi jamaah dan masyarakat sekitarnya.
  5. Adaptasi Teknologi Informasi dan Digitalisasi. Pemanfaatan Platform Digital. Mengimplementasikan penggunaan aplikasi atau website masjid yang menyediakan berbagai informasi seperti jadwal sholat, pengajian, dan kegiatan keagamaan lainnya. Bahkan, platform ini bisa menjadi sarana donasi atau zakat online yang transparan dan akuntabel.
  6. Masjid Sebagai Solusi Literasi Keumatan. Pusat Kajian dan Penelitian. Mengembangkan masjid sebagai tempat kajian dan penelitian keislaman yang melibatkan ulama, akademisi, dan masyarakat umum. Melibatkan para ahli untuk menciptakan dan mendistribusikan konten digital yang berkaitan dengan Islam, seperti artikel, video, podcast, dan media lainnya. Mengadakan pelatihan bagi masyarakat mengenai literasi digital, pengembangan diri, dan keterampilan kehidupan lainnya yang bersumber dari ajaran Islam. Menyediakan layanan konsultasi, baik dalam hal keagamaan, psikologis, maupun sosial, bagi masyarakat melalui platform digital.

Masih ada dua hal yang membedakan Masjid Muhammadiyah dengan masjid-masjid milik organisasi lain.

Pertama, Masjid Muhammadiyah harus terbuka (inklusif). Maksud saya kepada tokoh di luar Muhammadiyah. Sesekali berikan kesempatan khutbah Jumat maupun mengisi kuliah subuh, asal kontennya tak berlawanan dengan amaliah Muhammadiyah. Sudah menjadi rahasia umum, masjid di organisasi lain tak memberi kesempatan bagi tokoh di luar organisasi/kelompoknya untuk mengembangkan potensi keilmuwannya.

Kedua, Masjid Muhammadiyah harus menjadi garda terdepan dalam beramar ma’ruf nahi munkar ketika bangsa dan negera serta kondisi keumatan dimanapun berada sedang megalami u

Dalam artikel ini, Masjid Muhammadiyah perlu menjadi garda terdepan di ranah literasi umat. Miris sekali soal literasi ini. Gerak langkah di ranah literasi bisa dilakukan dengan pendirian perpustakaan dan arsip yang mumpuni. Terlebih buku-buku, majalah dan arsip-arsip terkait Muhammadiyah. Jika jamaah masjid Muhammadiyah enggan meluangkan waktu ke perpustakaan, takmirnya perlu berinovasi melalui dunia maya. Pada zaman kini, syiar keislaman bisa dikemas dengan pembuatan film pendek dan podcast.

Sebatas yang saya jumpai, paling banter di Masjid Muhammadiyah cuma disediakan rak buku kecil yang di situ memajang sejumlah buku Tafsir Quran dan hadis. Adapun buku-buku, buletin Jumat bahkan majalah terbitan PP Muhammadiyah tidak tersedia. Pernah saya mendapati kolega yang aktif di Nasyi’atul Aisyiyah dan rutin berjamaah ke masjid Muhammadiyah. Dengan polosnya mengaku tak tahu apa saja majalah-majalah yang diterbitkan Muhammadiyah. Ada pula yang baru tahu kalau Kyai Ahmad Dahlan berpoligami. Hal-hal seperti ini takkan terjadi jika tingkat literasi warga Muhammadiyah sudah bagus. Wallahu’allam.

 

Share:
Cropped Cropped Masjidmuhammadiyah.com .jpg

Redaksimu

Portal Media Masjid Muhammadiyah Berkemajuan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *