Kalimat “Hidup-hidupilah Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah” adalah sebuah maqālah penuh makna dari K.H. Ahmad Dahlan, tokoh sentral sekaligus pendiri Persyarikatan Muhammadiyah pada tahun 1912. Meski diucapkan lebih dari seabad yang lalu, pesan ini tetap hidup dan relevan dalam setiap denyut langkah organisasi Islam modern terbesar di dunia ini.
Wasiat Bukan Sekadar Slogan Indah
Sering kali ungkapan tersebut terdengar seperti slogan, padahal sejatinya ia adalah wasiat perjuangan. Pesan ini mengingatkan bahwa Muhammadiyah didirikan dengan tujuan mulia: menghidupkan dakwah Islam, memajukan umat, dan menghadirkan solusi atas problem kehidupan masyarakat. Karena itu, setiap orang yang diberi amanah memimpin di Muhammadiyah, baik di ranting, cabang, wilayah, hingga pusat, harus benar-benar lurus niatnya. Amanah itu bukan untuk membesarkan dirinya, melainkan untuk membesarkan dakwah melalui Muhammadiyah.
Menjadi Pemimpin yang “Selesai dengan Dirinya”
Kiai Dahlan mengingatkan agar para kader dan pimpinan Muhammadiyah selesai dengan dirinya—yakni tidak menjadikan kebesaran Muhammadiyah sebagai kendaraan untuk mempertebal dompet atau memenuhi syahwat duniawi. Organisasi ini lahir untuk berkhidmat, bukan untuk dimanfaatkan. Dalam konteks inilah maqālah itu menjadi semacam kompas moral yang menjaga Muhammadiyah dari penyimpangan tujuan.
Profesionalisme dan Penghargaan Kompetensi
Namun, jangan salah memaknai pesan tersebut. “Hidup-hidupilah Muhammadiyah” bukan berarti semua kegiatan harus gratis, dikerjakan dengan waktu sisa, atau dilakukan seadanya. Justru sebaliknya, Muhammadiyah menempatkan profesionalisme sebagai standar. Pengelolaan amal usaha—seperti sekolah, rumah sakit, dan universitas—dilaksanakan dengan serius dan diisi oleh talenta terbaik sesuai bidangnya. Mereka pun layak mendapatkan penghargaan sesuai kompetensi dan kontribusinya.
Artinya, maqālah ini tidak menolak penghargaan materi atau profesionalisme, melainkan menegaskan orientasi moral: bahwa bekerja di Muhammadiyah bukan sekadar mencari nafkah, tetapi terutama adalah bentuk ibadah dan pengabdian.
Komitmen Moral Sepanjang Zaman
Dengan demikian, “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah” bukanlah larangan untuk berprofesi di Muhammadiyah, melainkan peringatan agar tidak salah niat. Ia adalah komitmen moral yang mengikat setiap kader, simpatisan, maupun pimpinan, agar selalu menyadari tujuan awal berdirinya organisasi ini: berjuang menegakkan Islam, memajukan umat, dan menebar manfaat seluas-luasnya.
Lebih dari satu abad berlalu, pesan K.H. Ahmad Dahlan itu terus relevan, bahkan semakin penting. Di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, Muhammadiyah harus tetap berdiri di atas semangat keikhlasan, profesionalisme, dan pengabdian—agar ruh perjuangan yang diwariskan pendirinya tetap hidup dalam denyut pergerakan persyarikatan.