Bulan Muharram menandai awal tahun dalam kalender Hijriah. Dalam perspektif Islam, khususnya menurut pandangan Muhammadiyah, bulan ini bukan sekadar pergantian waktu, tetapi momen istimewa untuk memperbanyak amalan shalih, memperkuat iman, serta meneladani sunnah Rasulullah ﷺ. Bulan ini merupakan salah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan oleh Allah sebagaimana termaktub dalam Surat At-Taubah ayat 36. “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram.” (QS. At-Taubah: 36)
Bulan ini juga menjadi bulan refleksi sejarah umat Islam, termasuk momen hijrahnya Rasulullah ﷺ dari Makkah ke Madinah yang menjadi titik awal penanggalan Hijriah.
Baca Juga: Download Kalender Hijriah Global Tunggal 1447 H Muhammadiyah (KHGT)
Amalan Utama di Bulan Muharram Menurut Muhammadiyah
1. Puasa Tasu’a dan Asyura: Sunnah Rasulullah ﷺ
Puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram memiliki keutamaan besar: “Rasulullah ﷺ memerintahkan puasa Asyura pada hari kesepuluh.” (HR. At-Tirmidzi)
Bahkan puasa ini dapat menghapus dosa setahun sebelumnya: “Puasa Asyura dapat menghapus dosa yang lalu.” (HR. al-Jama’ah kecuali Bukhari dan At-Tirmidzi)
Untuk membedakan dari puasa Yahudi, Nabi ﷺ juga menganjurkan untuk menambahkan puasa di tanggal 9 Muharram (Tasu’a), sebagaimana sabda beliau: “Kalau demikian, insya Allah tahun depan kita berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)
Dari penjelasan ini, puasa Tasu’a dan Asyura menjadi amalan yang utama dilakukan secara beriringan.
Baca Juga: Kapan Puasa Tasua dan Asyura 2025? Ini Jadwal Lengkap dan Keutamaannya
2. Memperbanyak Amalan Shalih
Amalan baik di bulan ini dilipatgandakan pahalanya, sebagaimana dosa juga diperbesar di bulan haram. Maka, bulan ini menjadi ladang amal untuk memperbanyak:
-
Shalat Sunnah
-
Sedekah
-
Membaca dan tadabbur Al-Qur’an
Ibnu Rajab dalam Lathoif al-Ma’arif menyatakan bahwa pahala amal di bulan ini adalah bagian dari kemurahan dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
3. Bertaubat dan Muhasabah Diri
Taubat adalah salah satu amalan besar di bulan ini. Rasulullah ﷺ bersabda: “Taubat adalah kembali kepada Allah dari perkara yang Dia benci menuju perkara yang Dia ridai.”
Muhammadiyah menekankan pentingnya menjadikan Muharram sebagai momentum untuk membersihkan hati, menyesali dosa, dan berkomitmen memperbaiki diri. Sebagaimana ditegaskan: “Apabila berbuat maksiat pada hari dan waktu yang penuh keutamaan, maka dosanya akan besar pula.” (Majmu’ Fatawa 34/180)
Muharram dalam Tradisi vs Syariat
Di berbagai daerah masih ada praktik-praktik budaya dalam menyambut Muharram. Namun, Muhammadiyah menegaskan pentingnya kembali kepada tuntunan syar’i, bukan tradisi yang bersumber dari mitos atau ajaran luar Islam, seperti sesajen atau ritual mistik.
Hadis-hadis maudhu’ (palsu) tentang hari Asyura juga harus dihindari, seperti klaim sedekah satu dirham setara 70.000 dirham. Kembali kepada dalil shahih adalah prinsip tarjih Muhammadiyah dalam menyikapi amalan.
Memulai Tahun Baru Hijriah dengan Ilmu dan Amal Sholih
Bulan Muharram adalah momentum terbaik untuk memulai tahun dengan penuh ketakwaan, puasa sunnah, dan amal shalih. Muhammadiyah mengajak umat Islam untuk meneladani Rasulullah ﷺ dalam mengisi bulan ini dengan amalan yang murni dari sunnah, menjauhi perbuatan menyerupai kaum lain dalam ibadah, serta memperkuat semangat hijrah—dari gelap menuju cahaya.
Semoga Muharram ini menjadi awal baru menuju hidup yang lebih baik, lebih dekat dengan Allah, dan lebih bermanfaat bagi sesama.
FAQ Singkat Tentang Amalan Bulan Muharram
Apakah ada amalan khusus di bulan Muharram menurut Muhammadiyah?
Ya. Amalan utama meliputi puasa sunnah (Tasu’a dan Asyura), memperbanyak amal shalih, serta bertaubat.
Apa keutamaan puasa Asyura?
Puasa Asyura dapat menghapus dosa setahun sebelumnya. (HR. Muslim)
Apakah puasa Tasu’a itu penting?
Ya. Nabi ﷺ berencana untuk melakukannya agar berbeda dari puasa Yahudi. (HR. Muslim, Abu Dawud)
Apakah boleh puasa Muharram sebulan penuh?
Tidak dianjurkan. Rasulullah ﷺ hanya berpuasa penuh di bulan Ramadhan. (HR. Bukhari, Muslim)