Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Rapat Koordinasi KKN-T Umsida 2025 yang berlangsung di Aula Nyai Walidah, Lantai 7 Gedung Kuliah Bersama (GKB) Kampus 3 Umsida, Lebo Wonoayu, pada Jumat (18/07/2025).
Dalam sosialisasi program kerja sertifikasi dan pendataan aset, Jatmoko mengajak mahasiswa untuk tidak hanya fokus pada program pengabdian formal, tetapi juga menyempatkan diri mengenal AUM di lokasi KKN, termasuk masjid Muhammadiyah yang ada di desa.
“Coba jujur, siapa yang tahu di mana letak ranting Muhammadiyah di kampung atau desa tempat tinggalnya sekarang?” tanyanya kepada para peserta.
Menurutnya, masih banyak mahasiswa yang belum akrab dengan AUM di lingkungannya, baik itu masjid, sekolah, maupun rumah sakit.
“Masjid Muhammadiyah itu termasuk amal usaha. Sama seperti Rumah Sakit Aisyiyah Siti Fatimah di Tulangan atau SMP dan SMA Muhammadiyah. Semua itu aset umat yang harus dijaga,” tegasnya.
Ia menambahkan, keterlibatan mahasiswa dalam mengenali dan mendata aset Muhammadiyah merupakan bagian dari tanggung jawab kader, baik secara moral maupun organisasi.
“Saya harap adik-adik nanti bisa mulai mengenalkan Muhammadiyah ke warga, dan juga mengenali lingkungan Muhammadiyah itu sendiri. Minimal tahu masjid Muhammadiyah dan siapa pimpinan cabangnya,” pesannya.
Program percepatan pendataan dan sertifikasi aset wakaf Muhammadiyah merupakan bagian dari gerakan nasional untuk menjaga keberlanjutan amal usaha, terutama yang berkaitan dengan tanah dan bangunan milik persyarikatan. Dengan dukungan mahasiswa KKN-T, proses ini diharapkan lebih menyentuh hingga ke tingkat desa.
Rakor KKN-T ini menjadi pengingat bahwa pengabdian kepada masyarakat juga mencakup kontribusi dalam memperkuat organisasi yang menjadi bagian dari kehidupan umat. Mengenal dan menjaga AUM adalah salah satu cara konkret untuk mendukung keberlangsungan dakwah Muhammadiyah di tingkat lokal.


