Istri Sutradara ‘Sang Pencerah’ Ikut Global March to Gaza, Bela Palestina!

Istri sutradara 'sang pencerah' ikut global march to gaza, bela palestina!

Sepuluh figur publik asal Indonesia, termasuk aktris sekaligus pegiat kemanusiaan Zaskia Adya Mecca, istri dari sutradara film Sang Pencerah Hanung Bramantyo, secara resmi bergabung dalam barisan ribuan peserta dari berbagai penjuru dunia dalam aksi damai Global March to Gaza. Rombongan ini bertolak dari Jakarta menuju Kairo pada Kamis (12/6) dan memulai perjalanan kaki menuju Gerbang Rafah, Mesir, keesokan harinya, Jumat (13/6).

Aksi solidaritas ini bukanlah perjalanan biasa. Sepanjang ±50 kilometer yang ditempuh para peserta, terpancar semangat kolektif atas nama kemanusiaan, menyatukan suara dalam satu tuntutan: mendesak pemerintah Mesir membuka koridor kemanusiaan ke Gaza, yang hingga kini masih tertutup akibat blokade berkepanjangan.

Dari Indonesia, Suara Kemanusiaan Dinyatakan

Zaskia, yang dikenal luas tak hanya di dunia hiburan tetapi juga dalam berbagai kegiatan sosial dan kemanusiaan, tampil sebagai pemimpin delegasi Indonesia. Kehadirannya membawa bobot simbolik tersendiri, mengingat posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

Zaskia adya mecca hingga ratna galih update kondisi menuju global march to gaza

“Aku gemas melihat kekerasan terus berlanjut. Kalau ada yang bisa dilakukan, kenapa diam?” ujar Zaskia Adya Mecca setibanya di Kairo. “Indonesia negara mayoritas muslim; kami merasa wajib hadir agar suara kemanusiaan kita terdengar.”

Dalam unggahan di Instagram Stories yang dibagikannya pada Sabtu (14/6/2025), ia juga menegaskan semangat dan kondisi yang dihadapi delegasi Indonesia di lapangan:

“Yang nanya kabar, alhamdulillah situasi kami aman tapi sangat jauh dari yang diharapkan. Makasih ya semua support dan doanya! Kerasa banget energinya buat kita terus gerak, cari cara dan gak putus semangat,” tulis Zaskia.

Aksi Global, Solidaritas Lintas Negara

Menurut data penyelenggara, aksi jalan kaki damai ini diikuti oleh lebih dari 7.000 peserta dari 54 negara. Global March to Gaza bukan hanya representasi solidaritas Muslim dunia, tetapi juga mencerminkan keprihatinan kemanusiaan universal terhadap penderitaan rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza yang hingga kini masih terisolasi dan dibayang-bayangi krisis pangan, kesehatan, dan keamanan.

Berbeda dari aksi-aksi sebelumnya, peserta tidak berusaha memasuki wilayah Gaza. Sebaliknya, mereka memilih berkumpul di Gerbang Rafah, titik perbatasan Mesir–Gaza yang selama bertahun-tahun menjadi simbol pengharapan dan keputusasaan sekaligus, guna menyuarakan tekanan moral kepada pemerintah agar akses bantuan kemanusiaan segera dibuka.

Aksi ini menuntut empat poin utama:

  1. Pembukaan akses kemanusiaan tanpa syarat,

  2. Penghentian agresi militer Israel,

  3. Penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan

  4. Mengakhiri penjajahan terhadap Palestina.

Dengan semakin banyaknya tokoh dan relawan dari Indonesia yang bergabung, jumlah peserta dari Asia diperkirakan akan meningkat, menyusul rencana kedatangan sejumlah aktivis dari Malaysia dan Turki.

Lanjutan Komitmen Kemanusiaan Delegasi Indonesia

Kehadiran perwakilan Indonesia dalam Global March to Gaza juga merupakan bagian dari kesinambungan misi kemanusiaan yang telah dilakukan sejak tahun lalu. Sebelumnya, pada Agustus 2024, delegasi kemanusiaan Indonesia menyalurkan bantuan di kamp pengungsi Amman, Yordania, dan kembali aktif dalam distribusi bantuan di Mesir pada Mei 2025. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi Indonesia bukan sekadar simbolis, namun berakar pada komitmen nyata dalam upaya membantu rakyat Palestina.

Zaskia menegaskan bahwa langkah mereka bukan akhir dari perjuangan. “Kami tidak akan berhenti sampai blokade dibuka,” ucapnya tegas.

March to Gaza, Suara yang Terus Bergema

Global March to Gaza menjadi cermin dari semangat kemanusiaan yang melampaui batas negara, etnis, maupun agama. Di tengah krisis kemanusiaan yang terus berlangsung di Palestina, aksi ini menjadi pengingat bagi dunia bahwa suara-suara sipil dari seluruh penjuru dunia masih memiliki kekuatan untuk menekan perubahan dan menolak diam.

Di medan yang panas, di bawah pengawasan ketat, dan dalam bayang-bayang ketidakpastian, para peserta tetap melangkah. Setiap kilometer yang mereka tempuh bukan hanya membawa kaki mereka lebih dekat ke Rafah, tetapi juga membawa harapan lebih dekat ke Gaza—harapan untuk bantuan yang bisa masuk, untuk anak-anak yang bisa sembuh, untuk keluarga yang bisa bertahan.

Bagi Zaskia Adya Mecca dan para pegiat dari Indonesia, keikutsertaan mereka bukanlah akhir, melainkan awal dari gelombang solidaritas yang diharapkan akan terus membesar, menggugah, dan menggerakkan. Dari Jakarta ke Kairo, dari langkah ke langkah, pesan mereka jelas: kemanusiaan tak boleh dibungkam.

Share: